Selama bertahun-tahun, ilmuwan memperkirakan bahwa usia bulan kira-kira berusia sekitar 4,5 miliar tahun, dengan asumsi bahwa bulan terbentuk setelah tumbukan besar antara Bumi dan objek seukuran Mars yang dikenal sebagai Theia. Namun, penelitian terbaru menunjukkan bahwa bulan ternyata lebih tua dari perkiraan awal ini. Penemuan ini mengubah pandangan kita tentang asal-usul bulan dan memberikan wawasan baru tentang sejarah tata surya kita.
Penemuan Baru: Bulan Lebih Tua dari Perkiraan
Sebuah studi yang diterbitkan dalam jurnal Nature Astronomy pada 2025 mengungkapkan bahwa bulan mungkin telah terbentuk lebih awal dari yang diperkirakan sebelumnya, sekitar 4,51 miliar tahun lalu, bukan 4,5 miliar tahun yang sering dijadikan patokan. Penelitian ini didasarkan pada analisis lebih mendalam terhadap sampel-sampel batuan bulan yang dibawa oleh misi Apollo, serta model komputasi terbaru tentang pembentukan bulan.
Bagaimana Penemuan Ini Diperoleh?
Untuk memahami lebih jauh tentang usia bulan, para ilmuwan mengandalkan teknik analisis radiometrik pada batuan yang dibawa oleh astronot Apollo pada tahun 1969 hingga 1972. Salah satu elemen yang digunakan dalam metode ini adalah isotop uranium yang meluruh menjadi thorium, sebuah proses yang sangat berguna untuk menentukan usia batuan.
ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT
Namun, analisis terbaru dilakukan dengan lebih memperhatikan variasi isotop lithium yang lebih sensitif terhadap proses-proses geologis di masa awal pembentukan bulan. Studi yang dipimpin oleh tim ilmuwan dari NASA dan beberapa universitas terkemuka ini mengungkapkan bahwa perhitungan yang lebih teliti dari data tersebut menunjukkan bulan sudah terbentuk beberapa juta tahun lebih awal dari perkiraan lama, tepatnya sekitar 4,51 miliar tahun lalu.
Apa yang Membedakan Penemuan Ini?
Salah satu perbedaan penting antara studi ini dan penelitian sebelumnya adalah teknik yang digunakan untuk menganalisis sampel bulan. Sebelumnya, ilmuwan banyak mengandalkan data dari batuan yang lebih muda, seperti yang ditemukan pada permukaan Bumi dan meteorit, yang memberikan perkiraan usia bulan berdasarkan konsensus luas. Namun, penelitian terbaru mengandalkan metode yang lebih sensitif dan detail dalam mengukur isotop lithium, yang sebelumnya tidak diperhitungkan dalam kalkulasi usia bulan.
Analisis ini mengungkapkan bahwa bulan mungkin sudah ada lebih awal setelah peristiwa besar yang dikenal dengan nama “Great Bombardment,” yakni periode ketika tata surya kita dihujani oleh berbagai benda langit besar yang mempengaruhi pembentukan planet dan bulan. Penemuan ini juga menandakan bahwa proses-proses pembentukan bulan terjadi lebih cepat setelah pembentukan Bumi.
Apa Artinya Bagi Sejarah Tata Surya?
Penemuan ini memberi kita pemahaman yang lebih dalam tentang dinamika pembentukan tata surya. Mengingat bulan terbentuk dalam waktu yang sangat cepat setelah Bumi, ini dapat memperkuat teori bahwa Bumi dan bulan adalah bagian dari proses pembentukan yang sama. Penemuan ini juga menyoroti pentingnya peran bulan dalam mempengaruhi stabilitas rotasi Bumi dan memungkinkan perkembangan kehidupan.
Bulan yang lebih tua ini juga dapat memberikan petunjuk tentang bagaimana planet-planet di sekitar kita, termasuk planet-planet di luar tata surya kita, dapat terbentuk dan berinteraksi satu sama lain dalam skala waktu yang lebih pendek daripada yang kita duga sebelumnya. Penelitian ini membuka kemungkinan untuk lebih memahami proses-proses fundamental dalam pembentukan sistem planet yang lebih efisien.
Apa Dampaknya Terhadap Teori Pembentukan Bulan?
Penemuan bahwa bulan lebih tua dari yang diperkirakan sebelumnya bisa mempengaruhi beberapa teori yang ada tentang asal-usul bulan itu sendiri. Teori utama yang diterima adalah teori tumbukan besar (giant impact hypothesis), yang menyatakan bahwa bulan terbentuk setelah Bumi bertabrakan dengan sebuah objek seukuran Mars yang disebut Theia. Hasil tumbukan ini kemudian mengarah pada pembentukan bulan.
Namun, meskipun teori ini masih sangat diterima, penemuan usia bulan yang lebih tua ini mungkin mengindikasikan bahwa proses pembentukan bulan terjadi lebih cepat dari yang sebelumnya diperkirakan. Ini bisa berarti bahwa proses-proses tumbukan di awal tata surya terjadi dengan lebih intens dan dalam rentang waktu yang lebih pendek daripada yang diperkirakan oleh banyak ilmuwan sebelumnya.
Selain itu, penelitian ini juga menyarankan bahwa bulan mungkin telah terakumulasi dari materi yang lebih banyak atau lebih terkonsentrasi segera setelah tumbukan besar, yang mempercepat pembentukannya. Ini bisa mempengaruhi bagaimana kita memandang proses pembentukan benda langit lainnya, seperti planet atau bulan yang ada di luar tata surya kita.
Dampak Penemuan Ini pada Penelitian Masa Depan
Dengan adanya penemuan ini, studi lebih lanjut tentang sejarah bulan dan tata surya kini menjadi semakin menarik. Peneliti akan lebih fokus untuk mengeksplorasi sampel-sampel bulan lebih lanjut untuk mendapatkan data yang lebih akurat mengenai proses-proses geologis yang terjadi pada awal pembentukan bulan. Selain itu, penelitian ini juga dapat mendorong penelitian lebih lanjut mengenai pembentukan planet dan bulan di luar tata surya kita.
Misi masa depan seperti Artemis, yang bertujuan untuk mengirim astronot kembali ke bulan, juga diharapkan dapat membawa lebih banyak sampel batuan bulan yang dapat membantu kita menguji teori-teori baru tentang sejarah bulan yang lebih mendalam. Keberhasilan misi ini akan sangat penting dalam membuka babak baru dalam pemahaman kita tentang tata surya dan evolusi planet-planet di dalamnya.
Penemuan bahwa bulan lebih tua dari perkiraan sebelumnya memberikan wawasan baru yang signifikan dalam memahami sejarah tata surya. Dengan usia bulan yang diperkirakan mencapai 4,51 miliar tahun, kita memperoleh gambaran yang lebih jelas tentang proses-proses awal yang membentuk bulan dan Bumi. Penelitian ini juga memberi petunjuk tentang pentingnya bulan dalam evolusi planet kita dan dapat mempengaruhi pandangan kita terhadap pembentukan planet-planet di luar tata surya. Seiring dengan kemajuan teknologi dan eksplorasi ruang angkasa, kemungkinan besar kita akan terus menemukan hal-hal baru yang semakin memperkaya pemahaman kita tentang alam semesta.