Dibully di Medsos, Ketua BEM Unud Denpasar Sebut Banyak Akun Bodong
Medanzone.co.id , Jakarta – Ketua Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Universitas Udayana (Unud), Darryl Dwi Putra, menjadi perbincangan hangat di jagat dunia maya. Dia di-bully oleh sejumlah akun di Twitter. Bahkan ada beberapa poster berisi foto Darryl disertai tulisan caci maki seperti ‘manusia dungu’ dan ‘waspada provokator.’
Hujatan-hujatan terhadap Darryl muncul setelah dia memposting status di Instagram berupa kritikan terhadap tindakan represif aparat atas aksi sejumlah mahasiswa yang mengkritisi G-20.
“Bagaimana? Setelah upaya represif dari apparat hingga menangkap beberapa kawan-kawan. Lebih-lebih soal kampanye terhadap lingkungan yang perlahan hancur lebur, apakah kemudian ruang demokrasi di berbagai aspek masih bisa hidup?,” unggahan Derryl di instagram.
ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT
“Terlepas dari kawan-kawan yang mendukung atau menolak, kini bagaimana kehidupan atas ruang demokrasi yang kita miliki? Karya Presiden Turun Kabeh (Karya Presiden Turun Semua), semakin nyata ya? Hingga membatasi keterlibatan masyarakatnya sendiri,” imbuhnya.
Darryl dianggap memprovokasi oleh sejumlah akun karena postingannya yang disinyalir tidak mendukung penyelenggaraan G20 Bali. Mereka bahkan menggaungkan hastag #DarrylBikinMaluNegara.

Sosial Media
Menanggapi hal tersebut, Darryl justru mempertanyakan langkah salah satu pihak yang menggaungkan hastag tersebut.
“Ini yang menarik karena saya tidak pernah mendukung atau menolak G20, saya hanya mengkritisi bagaimana ruang demokrasi dipersempit ketika Presidensi G20 berjalan,” ungkapnya kepada detikBali, Rabu (16/11/2022).
Darryl juga mengatakan postingan dari akun-akun yang dianggap bodong itu justru memperkeruh suasana karena baru muncul beberapa saat lalu. Sebab ia tak pernah menolak G20.
“Bahkan saya selalu menyematkan tanda tanya dan question box di Story (Instagram) yang tujuannya memantik forum diskusi, tetapi saya dianggap provokasi,” tutur Darryl lagi.
Dalam postingan story tersebut, Darryl memposting, ada upaya represif dari pihak-pihak berwenang terkait aksi yang dilakukan oleh rekan-rekan mahasiswa.
“Ada pembubaran diskusi oleh pihak kampus. Kedua ketika teman-teman melakukan aksi diam kemarin dari mana saya lupa, kemudian ada juga yang ditangkap sebanyak tujuh orang,” ungkapnya.
“Dan saya lihat apapun yang disampaikan kemudian terlihat kontra dengan G20 atau mempertanyakan saja itu justru tidak diberikan kesempatan,” tandas mahasiswa jurusan Pertanian tersebut.