Google Doodle : Ulang Tahun Sapardi Djoko Damono

- Penulis Berita

- WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Source : Detik.com

Source : Detik.com

Medanzone, Jakarta – Pada 20 Maret 2023, Google Doodle merayakan ulang tahun ke-83 penyair Indonesia Sapardi Djoko Damono dengan grafis kartun yang menampilkannya dalam pakaian khasnya berupa kacamata bulat, topi fedora, dan jaket tanpa kancing.

Doodle juga menampilkan tetesan hujan yang jatuh di hutan, yang mengingatkan pada salah satu karyanya yang terkenal, “Hujan Juni”. Sapardi digambarkan membawa payung besar berwarna krem, menambah suasana hutan hujan.

Menurut Google, “Doodle hari ini memperingati hari lahir Sapardi Djoko Damono, seorang penyair yang merevolusi puisi liris di Indonesia.”

ADVERTISEMENT

ads

SCROLL TO RESUME CONTENT

Pada 20 Maret 2023, Google Doodle merayakan ulang tahun ke-83 penyair Indonesia Sapardi Djoko Damono dengan grafis kartun yang menampilkannya dalam pakaian khasnya berupa kacamata bulat, topi fedora, dan jaket tanpa kancing.

Doodle juga menampilkan tetesan hujan yang jatuh di hutan, yang mengingatkan pada salah satu karyanya yang terkenal, “Hujan Juni”. Sapardi digambarkan membawa payung besar berwarna krem, menambah suasana hutan hujan.

Menurut Google, “Doodle hari ini memperingati hari lahir Sapardi Djoko Damono, seorang penyair yang merevolusi puisi liris di Indonesia.”

Sapardi melanjutkan untuk menulis tiga kumpulan puisi lagi dengan gayanya yang lugas dan introspektif sebelum menerima Penghargaan Penulisan Puisi Asia Tenggara yang disponsori ASEAN pada tahun 1986.

Sebagai suami dari Wardiningsih, Sapardi juga mendirikan Persatuan Cendekiawan Sastra Indonesia untuk memajukan kesenian ke seluruh tanah air. Dia menjabat sebagai ketua selama tiga periode berturut-turut.

Dia juga menerjemahkan literatur dari seluruh dunia ke dalam bahasa Indonesia, dengan salah satu terjemahannya yang paling terkenal adalah “The Old Man and the Sea” karya Ernest Hemingway.

Pada tahun 1994, Sapardi menerbitkan salah satu karya monumentalnya, “Hujan Juni”, kumpulan beberapa puisi terbaiknya. Karya ini menginspirasi beberapa musisi untuk membuat komposisi dengan tema serupa.

Pria yang pernah menjabat sebagai Dekan Fakultas Sastra Universitas Indonesia (1995-1999) ini juga pernah mendapatkan penghargaan bergengsi, antara lain Achmad Bakrie Award untuk Sastra pada tahun 2003 dan Jakarta Academy Award pada tahun 2012.

Setelah beberapa kali dirawat di rumah sakit karena gagal organ, Sapardi meninggal dunia di usia 80 tahun. Ia mengembuskan napas terakhirnya di BSD, Tangerang Selatan, pada Minggu, 19 Juli 2020, pukul 09.17 WIB.

Namun, karyanya tetap abadi; masih dibaca, diubah menjadi puisi musik, dan bahkan diadaptasi menjadi film. Kontribusi Sapardi Djoko Damono pada sastra dan puisi Indonesia akan dikenang dan dirayakan selamanya.

Berita Terkait

Kapolres Langkat Berantas Pungutan Liar di Jalur Medan-Aceh
Bobby Nasution Ungkap Pengeluaran Pemprov Sumut Beli 15 Kue Tart Dengan Anggaran Rp 48 Juta
Penggerebekan Bandar Narkoba di Belawan Sumut Modifikasi Ruko Jadi Loket Narkoba
Mitra Makan Bergizi Gratis Kembali Berfungsi Hari Ini
Massa Datangi UGM Tuntut Minta Bukti Keaslian Ijazah Jokowi
Petugas Pengangkut Sampah di Medan Polonia Mengeluh Belum Menerima Uang BBM Selama 7 Bulan
Pungli Kepada Sopir Truk, 3 Preman di Medan Ditangkap
Selesai Libur Lebaran, Aktivitas di Pengadilan Negeri Medan Terlihat Sepi

Berita Terkait

- WIB

Bobby Nasution Ungkap Pengeluaran Pemprov Sumut Beli 15 Kue Tart Dengan Anggaran Rp 48 Juta

- WIB

Mitra Makan Bergizi Gratis Kembali Berfungsi Hari Ini

- WIB

Massa Datangi UGM Tuntut Minta Bukti Keaslian Ijazah Jokowi

- WIB

Pungli Kepada Sopir Truk, 3 Preman di Medan Ditangkap

- WIB

Selesai Libur Lebaran, Aktivitas di Pengadilan Negeri Medan Terlihat Sepi

- WIB

Tips Aman dan Nyaman Beraktivitas di Musim Hujan

- WIB

Revitalisasi Pasar Tradisional Di Tengah Era Digitalisasi

- WIB

Inovasi Desa Cerdas: Membangun Komunitas Berkelanjutan di Pedalaman Indonesia

Berita Terbaru